Background

Saturday, November 8, 2014

Pertemuan IV

Halo, kali ini saya akan membahas pertemuan ke 4 saya yaitu tentang Logika. 


Apa itu Logika atau Penalaran Induktif? 

Logika adalah cara ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal /partikular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu. Kesimpulan umum itu dirumuskan atas dasar fakta. Kesimpulan itu artinya generalisasi fakta yang memperlihatkan kesamaan. Namun, kesimpulan umum harus dianggap sebagai bersifat sementara. Karena ciri dasar induktif selalu tidak lengkap. 

Persamaan penalaran induktif dengan deduktif yaitu argumentasi keduanya terdisri dari premispremis yang mendukung kesimpulan. 
Perbedaannya adalah penalaran induksi yang tepat akan punya premis-premis benar tapi kesimpulan salah, karena argumentasi penalaran induktif tidak membuktikan kesimpulan benar. Premis hanya menetapkan kesimpulan berisi suatu kemungkinan. 

Maka, argumentasi dalam penalaran induksi tidak dinilau sebagai sahih/valid atau tidak sah/invalid, tapi berdasarkan probabilitas. 

Cara Penalaran Induktif

Proses induksi mulai berdasar kejadian-kejadian, gejala proses induksi partikular. Penal induksi adalah proses penalaran berdasarkan pengertian partikular/premis untuk hasilkan pengertian umum/kesimpulan. 

Ada 3 ciri penalaran induktif yaitu; 
  1. Premis penal induktif: proposisi empiris yang ditangkap indera
  2. Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas dari pada apa yang ditanyakan dalam premis.
  3. Meski kesimpulan tidak mengikat, tapi manusia menerimanya.
Jadi, konklusi induksi punya kredibilitas rasional=probabilitas. 

Generalisasi Induktif

Artinya proses penaralan berdasarkan pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan tentang semua. 
Prinsipnya, apa yang terjadi beberapa kali dalam kondisi tertentu dapat diharapkan akan selalu terjadi bila kondisi yang sama terpenuhi. 

Ada 3 syarat untuk membuat generalisasi yaitu;
  1. Tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat pada jumlah tertentu.
  2. Tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku dimana saja.
  3. Dapat dijadikan dasar pengalaman. 
Analogi Induktif

Analogi yaitu bicara tentang dua hal yang berbeda dan dibandingkan. Dua hal yang perlu diperhatikan yaitu persamaan dan perbedaan. Bila memperhatikan persamaan saja, maka timbul analogi. 
Maka analogi induktif - proses penalran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus yang lain yang punya sifat esensial yang sama. 
Kesimpulan analogi induktif tidak bersifat universal tapi khusus. 
contoh; 

Mangga 1: kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga 2: kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga 3: kuning, dasar, matang, ternyata manis. 
Mangga 4: kuning, besar dan matang.
Kesimpulannya tentu manis juga. 

Jadi, analogi induktif menarik kesimpulan atas dasar persamaan. Beda dengan generalisasi induktif, dimana konklusinya berupa proposisi universal. Penalaran induktif konklusinya lebih luas daripada premis-premis. 

Deduktif

Deduksi sebaliknya juga merupakan suatu proses tertentu dalam proses itu akal budi kita menyimpulkan pengetahuan yang lebih 'khusus' dari pengetahuan yang lebih 'umum'. Yang lebih khusus itu sudah termuat secara implisit dalam pengetahan yang lebih umum. 

Induksi dan Desuksi selalu berdampingan, keduanya selalu bersama-sama dan saling memuat. Induksi tidak dapat ada tanda Deduksi. Desukdi selalu dijiwai oleh Induksi. Dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan, Induksi biasanya mendahulio Deduksi. Sedangkan dalam logika biasanya Deduksi yang terutama dibicarakan lebih dahulu. Deduksi di pandang lebih penting untuk latihan dan perkembangan pikiran. 

Faktor Probabilitas

Kebenaran konklusi logika induktif, baik dalam analogi maupun generalisasi bersifat 'tidak pasti' , karena hanya bersifat mungkin. Probabilitas artinya keadaan pengetahan antara kepastian dan kemungkinan. 
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya probabilitas konklusi induktif:
  1. Faktor fakta: Makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, akan makin tinggi probabilitas konklusinya dan sebaliknya.
  2. Faktor analogi: Semakin besar jumlah faktor analogi dalam premis, makin rendah probabilitas konklusinya dan sebaliknya.
  3. Fakta disanalogi: Makin besar faktor disanalogi di dalam premis, akan makin tinggi probabilitas konklusinya dan sebaliknya. 
  4. Faktor luas konklusi: semakin luas konklusi, semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya. 

Kesesatan Generalisasi/Analogi


Tinggi rendahnya probabilitas penalaran ditentukan faktor subjektif. Faktor ini membawa manusia pada kesehatan(fallacy). Kesesatan penalaran induktif yang terpenting adalah:
  • Tergesa-gesa: cepat menarik kesimpulan dari beberapa fakta.
  • Faktor cerobohL cepat tarik kesimpulan tanpa memperhatikan soal kondisi lingkungan, misalnya semua wanita Jawa itu lembut.
  • Prasangka: memberi penilaian tanpa melihat fakta lain yang tidak cocok. misalnya, semua orang Batak bicara keras dan tidak sabaran.
Untuk menghindarinya, kita harus membangun sikap kritis, terbuka pada koreksi dan kritik dari orang lain. 

Hubungan Sebab Akibat


Prinsip umum yaitu suatu peristiwa disebabkan oleh sesuatu. Terkandung makna bahwa yang satu (sebab) mendahului yang lain (akibat). tapi tidak semua yang mendahului sesuatu menjadi sebab bagi yang lain.

Hubungan sebab akibat yaitu hubungan yang intristik, artinya hubungan sedemikian rupa sehingga kalau yang satu ada/tidak ada, maka yang lain juga pasti tidak ada. 

Tiga pola hubungan sebab akibat:
  1. Dari sebab ke akibat
  2. Dari akibat ke sebab
  3. Dari akibat ke akibat
Manfaat Belajar Penalaran Induksi


Logika induktid bukan hanya lebih bermanfaat dari logika deduktif, tapi juga lebih sulit. (B. Russel)

Manfaat logika induktif: Memberikan pembenaran atas kecenderungan manusia yang bersandar pada kebiasan. Memand tidak pernah bisa merasa pasti akan kebenaran suatu kesimpulan induktif, tapi ada cara tertentu dimana kita da[at menekan kemungkinan kesalahan. 
Maka, angan pernah menarik kesimpulan induktif dengan data yang masih minim, tergesa-gesa, ceroboh dan hanya di landasi prasangka. 

Sekian post untuk materi ini. Semoga bermanfaat!

No comments:

Post a Comment